Beranda | Artikel
Khutbah Idul Fitri - Tugas Mukmin Pasca-Ramadhan
Senin, 4 Juli 2016

Khutbah Idul Fitri 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ،

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أما بعد،

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَإِنَّ أَفْضَلَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Hadhirin, jamaah shalat id yang kami muliakan,

Segala puji bagi Allah, atas nikmat hidayah yang Allah limpahkan kepada kita, sehingga kita bisa menjadi seorang muslim. Mengikuti ajaran agama yang benar, mengikuti kitab yang benar, yang diajarkan oleh Sang Rasul yang membawa kebenaran. Kita menjadi orang beriman, yang merupakan syarat utama agar kita bisa mendapatkan janji surga.

Semua agama mengklaim, diri merekalah yang akan menjadi ahli surga. Yahudi mengatakan, hanya mereka yang akan masuk surga. Nasrani mengklaim, hanya mereka yang akan masuk surga. Namun Allah, Sang pemilik surga, hanya memilih orang islam untuk bisa masuk surga.

Di surat al-Baqarah ayat 111 dan 112, Allah menceritakan klaim mereka berikut bantahannya.

Allah berfirman,

وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى

Mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang beragama Yahudi atau Nasrani.”

Allah bantah klaim mereka ini, dengan mengatakan,

تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Demikian itu hanya angan-angan kosong mereka belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu adalah orang yang benar.”

Selanjutnya, Allah tegaskan, hanya orang muslim yang berhak mendapatkan surga,

بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

(Tidak demikian) sebaliknya barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah (menjadi muslim), dan dia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Kita berharap, semoga kita istiqamah menjadi seorang muslim sampai mati.

Allahu akbar… allahu akbar… laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar walillahil hamd…

Kaum muslimin yang berbahagia…,

Hampir dalam setiap agama memiliki hari besar yang mereka rayakan. Hari besar untuk pengagungan kepada apa yang mereka sembah, sekaligus untuk menunjukkan kegembiraan bagi masyarakat.

Orang nasrani, mereka merayakan hari besarnya untuk mengagungkan tuhannya.

Orang yahudi merayakan hari besarnya juga untuk mengagungkan tuhannya.

Usaha yang mereka lakukan, berujung pada dosa syirik yang akan mengantarkan mereka kekal di neraka.

Dan kita kaum muslimin, merayakan hari besar idul fitri dan idul adha, untuk mengagungkan Sang Pencipta alam semesta. Sekaligus menunjukkan kegembiraan seusai menunaikan ibadah kepada Allah. Sehingga, apa yang kita lakukan menjadi ibadah mulia yang menjanjikan pahala besar.

Hadhirin yang kami muliakan,

Kita bisa bandingkan, kegiatan yang dilakukan sama. Sama-sama berhari raya, sama-sama mengeluarkan modal. Akan tetapi ujung akhirnnya sangat jauh berbeda. Yang satu mengantarkan pelakunya kekal di neraka, dan yang satu mengiring pelakunya menuju kenikmatan surga.

Ini karena amal yang kita kerjakan adalah amal yang dilandasi dengan iman. Sehingga apa yang kita lakukan, tidak ada yang sia-sia, dan dinilai ibadah di sisi Allah.

Kita layak bersyukur kepada-Nya, atas petunjuk islam.

Jamaah, kaum muslimin rahimakumullah

Selama ramadhan, kita banyak dimudahkan untuk melakukan ketaatan dan ibadah. Baik ibadah yang kita lakukan siang hari, berupa puasa maupun malam hari, seperti shalat tarawih.

Ada banyak harapan pahala dari amal yang kita lakukan. Hanya saja, tidak ada yang bisa memastikan, apakah amal kita diterima oleh Allah, ataukah tidak. Sementara Allah telah menegaskan, Dia hanya akan menerima amal yang dilandasi taqwa.

Allah berfirman,

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Allah hanyalah menerima amal dari orang-orang yang bertaqwa.” (QS. al-Maidah: 27).

Kondisi inilah yang membuat sebagian ulama di masa silam merasa resah ketika idul fitri. Mereka resah, bukan karena tidak punya baju baru. Mereka resah, karena mereka tidak tahu, apakah amalnya selama ramadhan diterima oleh Allah ataukah tidak diterima.

Malik bin Dinar – seorang ulama tabi’in – pernah mengatakan,

الخَوفُ عَلَى العَمَلِ أَنْ لَا يَتَقَبَّلَ أَشَدُّ مِنَ العَمَلِ

“Perasaan takut amalnya tidak diterima, lebih berat dibandingkan amal itu sendiri.” (Lathaif al-Ma’arif, hlm. 368).

Ada seorang ulama tabi’ tabi’in, Abdul Aziz bin Abi Rawad, beliau menceritakan kondisi para tabi’in di masa silam,

أَدْرَكْتُهُم يَـجْتَهِدُونَ فِي العَمَلِ الصَّالِـح فَإِذَا فَعَلُوهُ وَقَعَ عَلَيهِمُ الـهَمُّ أَيُقْبَلُ مِنهُمْ أَمْ لَا

Aku menjumpai para ulama, mereka bersungguh-sungguh dalam beramal soleh. Selesai beramal, timbul keresahan dari diri mereka, apakah amalnya diterima ataukah tidak. (Lathaif al-Ma’arif, hlm. 369).

Kaum muslimin yang berbahagia,

Sebagai wujud rasa sayang kita, terhadap amal yang kita lakukan, perbanyak berdoa kepada Allah, agar Dia menerima amal kita.

Kebiasaan ini dilakukan para ulama sejak masa silam. Bahkan selama 6 bulan pasca-ramadhan, mereka banyak meminta kepada Allah agar amalnya diterima oleh Allah.

Mu’alla bin Al-Fadhl – seorang ulama tabi’ tabiin – menceritakan kondisi para sahabat,

كَانُوا يَدْعُونَ اللهَ تَعَالَى سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُم رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُونَهُ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَ مِنهُمْ

“Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadhan, mereka berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264)

Karena itu, ketika saling bertemu, mari kita perbanyak berdoa, ‘Taqabbalallahu minna wa minkum’

Hadhirin yang kami hormati,

Selama bulan ramadhan, kita banyak belajar untuk menyesuaikan diri dengan aturan syariat. Selama ramadhan pula, kita banyak belajar untuk menjadi orang baik. Namun kita perlu ingat, perjuangan menjadi hamba Allah yang baik, tidak boleh hanya dilakukan ketika ramadhan.

Dzat yang kita sembah di bulan ramadhan, sama dengan Dzat yang kita sembah di luar ramadhan. Dan Allah meminta kita, untuk menjadi hamba-Nya yang selalu istiqamah.

Allah berfirman,

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ

“Istiqamahlah sebagaimana kamu diperintahkan.” (QS. Hud: 112)

Lantas bagaimana caranya agar kita mudah istiqamah?,

Secara sederhana, ada 3 cara yang bisa kita lakukan agar istiqamah,

Pertama, jangan pernah meninggalkan amal yang wajib

Ada beberapa ibadah yang Allah wajibkan untuk dilakukan setiap muslim. Jangan sampai kita meninggalkan kewajiban ini atau melakukannya di luar waktu yang telah disediakan. Untuk menjaga identitas kita sebagai muslim.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengingatkan,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ فَرَائِضَ فَلاَ تُضَيِّعُوهَا وَحَرَّمَ حُرُمَاتٍ فَلاَ تَنْتَهِكُوهَا وَحَدَّ حُدُودًا فَلاَ تَعْتَدُوهَا

Sesungguhnya Allah menetapkan beberapa kewajiban, karena itu, jangan kalian menyepelekannya. Allah mengharamkan beberapa larangan, jangan kalian melanggarnya, dan Allah menetapkan beberapa aturan, jangan melampaui batasnya. (HR. Daruquthni 4445)

Kedua, rutinkan amal sunah yang ringan.

Menjaga rutinitas amal sunah, sekalipun sangat ringan, akan membuat ibadah kita kepada Allah selalu terjaga. Karena ini dirutinkan, maka pilihlah yang ringan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا ، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ

“Wahai para manusia, beramal-lah sesuai dengan kemampuan kalian. Karena sesungguhnya Allah tidak akan bosan sampai kalian bosan. Sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang paling rutin dikerjakan meskipun sedikit.” (HR. Bukhari 5861)

Sedikit meskipun rutin, lebih dicintai Allah dari pada banyak namun hanya sekali waktu.

Ketiga, bertemanlah dengan orang soleh

Teman punya pengaruh besar bagi seseorang. Dia bisa menjadi baik, karena teman. Sebaliknya, bisa menjadi jahat, juga karena teman. Jangan sampai, teman anda menyeret anda ke jurang bahaya, sementara anda tidak merasa. Berteman dengan orang baik, minimal bisa membuat kita ketularan jadi orang baik.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Perumpamaan teman orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari 2101)

Keempat, jangan lupa berdoa kepada Allah agar dimudahkan menjadi manusia yang istiqamah

Kita tidak bisa menjadi baik, tanpa pertolongan dari Allah. Karena itu, bagian dari semangat untuk menjadi baik adalah banyak memohon agar dibantu Allah untuk menjadi orang baik.

Salah satu doa yang bisa kita rutinkan adalah dengan membaca,

اللَّهُمَّ أَعِنّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah bantulah kami agar senantiasa bisa berdziki, mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbagus ibadah kepada-Mu” (HR. Abu Dawud 1524 – shahih)

Allahu akbar… allahu akbar… laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar walillahil hamd…

Selanjutnya marilah kita berdoa memohon kepada Allah, agar kita diberi sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan semoga Allah memberikan kesabaran bagi kaum muslimin Indonesia, berikut jalan keluar terbaik dalam menghadapi setiap masalah mereka.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لا يَرْحَمُنَا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/28069-khutbah-idul-fitri.html